Jumat, 23 Maret 2012

Ga Tau Judulnya Apaan..!

Dikatakan profesor...??? Tidak. Karena beliau buakanlah seorang profesor. Tetapi beliau memiliki segudang ilmu yang mungkin bisa di sejajarkan dengan profesor atau bahkan melebihinya. Dikatakan koruptor..??? sudah pasti bukan. tapi beliau memiliki kehidupan yang layak. bahkan jauh melebihi para koruptor yang belum tertangkap. Kelayakan hidup itu beliau dapat dari hasil kerja keras beliau ketika masi muda hingga sekarang. Dikatakan motivator..??? tidak juga. Karena beliau bukanlah berprofesi sebagai motivator nasional. tetapi kata kata beliau selalu penuh dengan motivasi.  kalau beliau berbicara kepada kami, wahh..luar biasa. kalau bisa di kasi nilai dengan taraf 1- 10, beliau pasti mendapatkan nilai tertinggi. kalau bisa dikasi nialai 11.
Kalimat-kaliamat yang beliau lemparkan selalu memotivasi kami agar kedepannya kami lebih baik. Beliau selalu membagi pengalamam-pengalaman hidupnya kepada kami. bercerita layaknya pendongeng handal yang selalu membuat pendengarnya takjub dan seakan berada didalammya. "Selagi kita masi bisa berusaha dan terus bekerja keras, tidak ada yang tidak mungkin untuk kita dapat. Karena Allah pasti akan membatu kita menemukan jalannya". Kira-kira seperti itulah sepenggal kalimat motivasi yang sering beliau katakan kepada kami. Yahh..!! tapi itulah kami,  sekumpulan anak muda yang masih suka terbawa suasana.  Bak sampah dedaunan yang kering, apabila tersulut api maka akan dengan mudah terbakar, tetapi cepat pula padamnya.

Ku lirik jam yang melekat di tangan kiri ku. Jarum jam menunjukkan tepat jam 2 siang. Ku helakan nafasku dan ku renggangkan otot tubuh ku. Sedikit pegal kurasa pada bagian leher dan tangan. Tak terasa sudah hampir tiga jam kami di ruangan ini. sebuah ruangan yang tak terlalu besar. Mungkin hanya sekitar 4 x 3 meter persegi saja. Sebuah ruangan yang cukup penuh isinya karena di isi oleh dua meja kerja, dua lemari kerja dan satu set kursi tamu. bagian belakangnya berdindingkan kaca putih yang dapat meliahat keluar dengan jelas dan begitu juga sebaliknya. taklupa di sandingkan juga sepasang horden berwarna hijau untuk menghalangi penglihatan. Tak lupa, layaknya sebuah ruangan petinggi birokrasi, ruangan ini juga di lengkapi dengan sebuah penyejuk ruangan yang mampu meningkatkan nilai kenyamanan ruangan ini.

Yah.. hari ini aku, hilman, hakim, tama, dan awang sedang membantu Bu Ilin mengoreksi hasil ujian mid semester untuk satu matakuliah dasar yang beliau ajarkan. sebuah matakuliah lintas jurusan yang semua anak baru wajib mengambilnya. kalau di hitung-hitung, ada sekitar 700 hingga 800 lembar kertas jawaban. mungkin..!! yang setiap lembarnya berisikan 30 jawaban pilihan berganda dan 10 jawaban esai. yah, cukup melelah kan memang, tapi juga menyenangkan bisa membantu beliau. mengingat beliau juga sudah banyak membantu kami hingga di penghujung waktu studi strata 1 kami. canda tawa seskali muncul menghiasi konsentrasi kami dalam mengoreksi. tak ayal tingkah laku kami yang merespon jawaban yang tak masuk akal juga mampu mengguncang sepi dalam ruangan.

Hemmm..itu lah kami. segelintir mahasiswa biasa dan layaknya mahasiswa lain pada umumnya yang suka menertawakan hasil kerjaan orang lain bila di anggapnya gak benar. padahal belum tentu juga dai sendiri bisa mengerjakannya. masih sekitar setengah dari semua yang baru selesai kami koreksi. Bu Ilin sendiri tak membantu kami, sebab beliau masi sibuk dengan pekerjaan lainnya yang harus diselesaikan juga. beliah hanya memberi kami beberapa lembar kunci jawaban. seskali kami juga berkonsultasi untuk jawaban esai yang kami sendiri ragu untuk jawaban tersebut.

"Buk.. kasi nilai setengah bisa?" tanya tama tiba-tiba dengan memberikan beberapa alasan yang mendukung mengapa ia ingin memberikan nilai setengah.
"setengah?" sentak bu ilin menrespon pertanyaan dari tama.
setelah sedikit terjadi perdebatan sengit antara tama dan bu ilin, akhirnya beliau mengizinkan untuk memberikan nilai setengah untuk jawaban esai yang kami anggap sedikin menyinggung dari jawaban yang sebenarnya.
"Buk..kami permisi sholat dulua yah. uda jam dua buk. mau sholat zuhur dulu." cetus hilman dengan raut sedikit tersenyum segan.
"yaudah, sholat dulu san, nanti sambung lagi. ibuk juga mau sholat."

*****

Udara di luar masi begitu menyengat. panasnya seakan mampu melenyapkan kuman yang melekat di tubuh. bahkan mungkin cacing yang nan jauh di dalam tanah pun ingin keluar agar mendapatkan sejuknya angin yang sesekali berhembus. cuaca belakangan ini memang tak menentu. efek global warming sudah sangat terasa. kabar-kabar yang tak sedap mengenai hal ini punmulai terhembus di seluruh plosok dunia. wacana mengenai "go green" pun mulai di gencarkan untuk mengurangi efek dari rumah kaca tersebut. rasanya tak ada yang berani keluar gedung kampus untuk perjalanan yang jauh kalau ia tak mengendarai kendaraan yang menyediakan penyejuk ruangan sebagai fasilitas yang menunjang kenyamanan konsumen dalam berkendara.

"udah siap hilman, wang??" tanya q pada awang ketika aku mulai bosan menunggu.
"belum...!!!" jawab awang singkat
"lama kali dia??"
"maklumlah, panjang doanya" cetus hakim
"bacaannya surat Al-bakharoh" sambung tama. *maaf kalo salah ngetik nama surat nya. dan pada Alloh mohon ampun.
"suruh dia cepat sikit, dah gerah kali ini.masuk ruang ibuk kan enak, dingin." seru ku dengan canda
"iya juga yah..! tapi gimana cara nyuruh cepatnya ya?" jawab hakim merespon
"ahahahahahaha..."

selang beberapa menit, hilman pun selasai sholatnya.  yah...kami sholat dengan cara bergantian.maklum, kami sholat di sebuah sudut ruangan yang ada di ruang asisten laboratorium bidang pangan. disebuah sudut yang hanya bisa untuk satu oarang saja jika beribadah 5 waktu. beralaskan tikar dan selembar sajadah untuk setiap muslim jika ingin menunaikan kewajibannya. sebuah rak buku dengan tinggi setengah badan pun turut melengkapi sebagai pembatas antara wilayah suci dan bebas. yah kira-kira seperti itulah tempatnya.

kami pun bergegas menuju ruang bu Ilin. keluar dari ruangan dan belok kiri. dan seperti biasa, gurawan pun selalu muncul di setiap langkah menuju ruang itu. (hemmm...dasar orang-orang aneh ini). udara panas di luar pun masi sangat gerah ku rasakan. riuh suasana kampus pun seakan menambah panasnya udara saat ini. terus jalan lurus melewati laboratorium bidang makhluk halus dan belok kiri lagi mengikuti untaian anak tangga penghubung antara ruang yang di bawah dan atas.

sampai di ruang Bu ilin, kami langsung mengambil beberapa amplop kemasan lembaran-lembaran kertas penentu 25% nilai yang akan muncul di portal. suasana kembali hening. semua sibuk dengan tugasnya masing-masing.  Ku baca satu persatu jawaban yang tertulis, ku cocokkan dengan kunci jawaban. pilihan berganda dan lanjut lagi ke esainya. yah.. beginilah kalau berhadapan dengan soal-soal ujian buk Ilin. beliau selalu memberikan banyak soal ketika ujian. hingga kadang kami mengeluh untuk itu. bagaimana tidak, kalau soalnya pilihan berganda , ya kondisinya seperti ini. seperti yang sedang kami koreksi. tak hanya ada pilihan berganda, melaikan juga ada esai singkatnya. tapi kalaunya esai, wahhh lebih gawat. bahkan lebih gawat dari soal jenis pilihan berganda. memang nomernya tak banyak. hanya lima atau maksimal delapan. Tetapi....??? tetapi beranak cucu. jadi setiap nomer dibagi lagi menjadi tiga sampai lima subnomer. dan di setiap sub nomer terdiri dari dua hingga tiga soal. jadi kalau dihitung-hitung, misalkan soalnya terdiri dari lima nomer trus dikali tiga subnomer dan dikali lagi dengan tiga soal setiap subnomer, maka ada sekitar 45 soal yang saling berkatan. huuhhh... pokoknya banyak la. kalau kata kamus kami, "payah bilang la..." tu..hahaha.

sebenarnya tujuan ibu Ilin juga bagus, tujuannya agar kami rajin belajar, dan selalu memperhatikan jika kuliah berlangasung. tak hanya itu beliau juga pernah berkata bahwa itu ditujukan agar kami terbiasa dengan masalah-masalah yang banyak dan menjadi tantangan untuk kami agar kami termotivasi untuk menggapai apa yang kami inginkan. kira-kira sebagai pembelajaran bagi kami untuk menjalani kehidupan setelah kami lepas dari dunia pendidikan. seperti itulah kira-kira alasan yang beliau katakan kepada kami kalau kami terkadang bertanya tentang hal itu. mungkin kalau untuk mahasiswa yang baru bertemu dengan beliau akan merasa kesal dengan kondisi soal seperti itu. tak disangkal, bahkan kami pun dulu ketika awal masuk kuliah dengan beliau merasakan hal yang sama. namun seiring berjalannya waktu, dan kami lebih mengenal dan cukup dekat dengan beliau, maka rasa kesal akan banyaknya soal ujian yang beliau berikan akan hilang. Pribadi beliau yang santun dan cerdas, selalu dapat menghangatkan suasana ketika berdiskusi dengan beliau. Tak ayal beragam ilmu berkaitan tentang keamanan pangan dan kawan-kawannya tak sungkan kami diskusikan dengan beliau. apalagi ketika seorang mahasiswa ingin melaksanakan ujian meja hijau esok harinya, pastilah ia berdiskusi dengan beliau. dari berdiskusi tentang bagaimana cara menjawab pertanyaan dari penguji hingga bagaimana kesempurnaan skripsi yang telah diselesaikannya. bahkan ketika sedang melakukan penelitian pun banyak yang berkonsultasi dengan beliau, walaupun bukan beliau yang menjadi dosen pembimbingnya. sebab beliau selalu siap untuk setiap mahaswanya yang ingin menimba ilmu darinya. bahkan di antara kesibukannya, beliau menyempatkan waktu untuk siapa saja mahasiswanya yang ingin berdiskusi. hemmm... salut deh untuk beliau.

tak terasa, selesai juga semuanya. semua tumpukan kertas itu sudah berisi nilai. kamipun meregangkan otot sejenak. duduk santai di bawah hembusan udara sejuk dari pendingin ruangan.
"buk, sudah selesai semua. mau diletakin dimana ini buk?" tanya hilman pada bu Ilin sambil memegang tumpukan kertas yang telah tersusun rapih di kemasannya masing-masing.
"loh..udah siapp? cepat sekali yah. yaudah letakin saja di situ. nanti biar ibuk yang memindahkannya..!" jawab buIllin dengan logat jawa yang masih melekat kuat di setiap beliau berbicara.
"kami permisi ya buk..?"
"iyah..! terimakasih ya sudah mau membantu ibuk"
"iya sama-sama buk.terima kasih juga untuk makan siangnya buk.." kembali jawab hilman dengan raut wajah segan dan tersenyum.
"permisi ya buk..!!" seru kami bergantian sambil keluar dari ruangan itu.

keluar dari ruangan. belokkiri dan lurus terushingga mentok ke pagar yang melindungi anak tangga.melewati lorong yang terbentuk diantara ruang kuliah dan kantor program studi. udara di luar ruangan pun begitu kontras ku rasakan. panasnya masi begitu terasa, walaupun sinar matahari sudah mulai berarah dari barat. sinarnya muncul diantara selah-selah kumpulan uap air yang terlihat rapih di atas sana.

7 komentar:

  1. tinggi kali ah bahasanya...udah bisa jadi pemain bola ko wak..haha

    BalasHapus
  2. bahh...
    ga jadi tukang yoghurt aja wak
    ahaha

    BalasHapus
  3. Ada komputer yg ga di pake..
    banyak debu smpe bisa bikin saia bersin2..
    *tambahan deskripsi sudut ruang yang di pake bwt solat
    hahaha *piiiiisss :p

    BalasHapus
  4. kan komputernya ga jd pembatas rua ng solat wak
    cuma ada dideket pintu
    jd ga di deskripsikan la
    heheh
    tp tar gw pikir" lagi lah
    thanks yoo

    BalasHapus