Rabu, 22 Februari 2012

Coba Nulis


Mimpi



Semua berawal dari mimpi

Aku sendiri tak tau berada dimana saat ini, kulihat di sekitar ku ada beberapa teman kuliah ku, mereka tak begitu jauh dengan ku. tak ada kata-kata dari mereka untuk ku, Begitu juga dengan ku yang tak sanggup untuk mengucap kan sepatah kata pun. .Aku terus berlari dan berlari di antara semak belukar, tinggi dan sedikit tergenang air. .Berlari dengan sangat tergesah gesah, karna di belakang ku seekor ular besar sedang mengejar ku. Tambah lagi ular-ular kecil yang berada disekir kaki ku berpijak tuk menngapai lariku. .Dalam hati aku berkata "mengapa banyak sekali ular ular ini, ?? Mengapa mereka mengejar ku??"Aku pun terus berlari, berlari sekuat tenaga ku. Yah. .Ular itu semakin dekat dengan ku, Dengan aku yg sudah mulai lelah. ."mengapa ular ini terus mengejar ku, mengapa tak mengejar teman-teman ku??"Terucap dalah hati. .Aku terus berlari dan berlari, Meskipun aku telah mersakan lelah yang begitu besar.


Ular itu pun semakin dekat dengan ku, sedang ular-ular kecil trus berada di setiap ku menghentakkan langkah ku..Tiba-tiba seekor ular muncul dengan tiba-tiba dan ikut mengejar ku, ia berwarna putih polos, Ukurannya cukup besar dan panjang Tapi msih lebih besar ular yang mengejar ku dari awal tadi aku terjatuh, Dan dengan capatnya bagai kan kilat "tak. ." seekor ular putih tadi pun langsung menggigit kaki ku. . Ketka itu pula ku dengar suara yg merdu,, Sedikit serak, Tapi kuat. . Suara itu seakan memecah kebisuan ku. . Aku pun tersentak. Mata ku berkedip Tersadar. . "Alhamdulillah ya Allah, ternyata tadi itu hanya mempi" ucap ku, namun tak sampai terucap oleh bibir. Yahh.., Ternyata suara itu adalah azan subuh yang berkumandang, Syukurku kepada Allah pun terus terucap dalam hati ku, Ku kipah kan selimut yg sudah tinggal menutup kaki ku, Aku pun bergegas tuk mensucikan diri, Bersuci, bersujud pada Yang Maha Kuasa, Sang Penguasa dari segala Penguasa. Bersujud di pagi yang dingin. Di pagi yang hening. Di pagi yg hanya terdengar suara azan dari setiap puncak menara-menara di setiap mesjid yang ada di sentereo belahan bumi. . Seakan suaranya bersatu. . Berkumpul pada satu titik. . Kemudian menjalar, memecah keheningan pagi. . Merambat di antara celah-celah udara pagi. Seakan membelah kebisuan pagi ini. dalam sujud ku, Tak lupa ku berdoa atas mimpi ku. Selesai shalat, Ku lihat jadwal kuliah ku hari ini
"Waw..
"Lumayan padat ternyata hari ini. ." ucap ku dalam hati
ada tiga mata kuliah hari ini
Jam 8, 10 dan 1 siang..
Belum lagi ada jadwal rapat kerja dengan pengurus harian dengan organisasi jurusan. .
Ku persiapkan semua yang ku butuh kan hari ini, ,Ku rapikan,
Dan kumasukkan dalam tas sandang ku, ,tas yg belum lama aku membelinya. . Cukup besar, Tapi sedikit tipis. Berwarna biru tua dengan corak bergaris garis kecil. .Seperti rajutan kain yg kasar. .terbuat dari bahan kain yah agak tebal dan keras, berlapis busa tipis dan kain katun untuk bagian dalamnya. Setelah selesai, Aku pun merebahkan badan ku kembali, Ku ambil handphone ku, Bermaksud tuk mencari berita tentang pertandingan tadi malam. .

****

Kulihat jam tangan yg melekat di lengan kiri ku. Jam 8.30." Waktu na tuk braangkat ke kampus." Lirih ku dalam hati. cuca hari ini sanagt cerah. Cahaya matahari pun masuk ke kamar ku, masuk di antara cela-cela pentilasi jendela kamar ku. Kamar yang tak begitu besar ukurannya.  Mungkin hanya sekitar 3 x 3,5 meter luasnya. Terdapat dua daun jendela yang berukuran sedang dengan jerjak besi yg menghalanginya. Dia atasnya ada lubang bersegi empat namaun bersekat sekat dan dabalut kawat nyamuk. Ukurannya sekitar setengah dari ukuran daun jendela. Aku pun bergegas untuk berangkat ke kampus. Ku buka pintu utama rumah kami. Rumah yang hanya di huni oleh aku dan abang sepupu ku. Kami bersaudara dari kedua ayah kami. Ayah ku adalah abang tertua dari ayah abang sepupu ku. Abang spupu ku sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta yang terletak di daerah kawasan industri di kota kami tinggal. Perusahaan itu bergerak di bidang pembuatan sarung tangan karet. Namun bahan baku nya buan karet asli, melainkan karet sintetis.

Begitu kubuka pintu,
Wuussss. . .
Udara berhembus. .Cahaya matahari terus menusuk bola mataku, aku pun tak bisa membuka mata ku dengan sempurna, sedikit terpejam, tapi masih bisa melihat dengan jelas. Ku keluarkan motor ku sambil ku hidupkan mesinnya sembari menunggu ku memakai sepatu. Sebuah motor yang di berikan oleh kedua orang tua ku untuk aku kuliah. Sebuah motor yang ukurannya cukup besar. Berwarna hitam dengan corak berwarna kelabu sedikit memberi variasi pada bagian bodinya. Bagian depannya di balut dengan kap yang berfungsi menutupi bagian depan dan samping mesin dengan gaya sporti. Kaca sepion yang berukuran kecil melekat depan atas di kanan dan kiri. Motor yang memang di disain bergaya sporti yg ditujukan untuk kalangan muda. Kedua bannya berukuran besar dengan velg racing berwarna hitam yang terdiri dari tiga cabang.
Aku pun selesai memekai sepatu ku. kemudian ku sandang tas ku, ku kenakan helm dan aku pun siap untuk berangkat. Ku pacu motor ku perlahan tapi pasti. Keluar dari gang rumah kemudian belok kanan, lurus tak jauh dan belok kanan lagi. Panas matahari mulai menyengat kulit ku. Panasnya menembus kemeja yang membalut badan ku. Kemeja panjang berwarna coklat tua dengan motif bergaris hitam. Kemeja yang merupakan salah satu kemeja paforit ku. menyengat, tetapi hangat kurasakan di tubuh ku. Kupacu kembali motor ku, lurus terus hingga perempatan belok kiri, lurus lagi mengikuti jalan utama, jalanan pun ramai dengan kendaraan, sedikit macet, tapi masih bisa jalan pelan-pelan. Ku ambil bagian jalan sebelah kiri pinggir, karna biasanya pasti kosong. Sebab yang melewati pasti hanya motor saja. Kalau mobil pasti memakai badan tengah jalan. Terus kupacu motor ku, terus mengikuti jalan utama hingga jumpa pertigaan lagi, aku belok ke kanan dan kemudian tak jauh lagi ada pertigaan dan belok kiri. Masuk kejalan kota, lenih ramai dan macet total. Maklum, jam jam diama semua orang mulai beraktivitas. di tambah lagi sebagian badan jalan di pakai untuk parkir mobi-mobil yang pengemudinya hendak sarapan pagi. Sebab di sepanjang jalan banyak yang berjualan makanan. Ada yang jualan lontong, kue-kue, hingga makanan yang di goreng. .
Ku pacu lagi motor ku. Perlahan dan hati-hati sekali. Ku lewati cela-cela diantar mobil. Lurus teru. Akhirnya macet pun terlewatkan. Ku tambah kecepatan motor ku, lurus terus hingga jumpa pertigaan belok kiri. Lurus lagi. Kulihat di dpn, jalanan sudah macet total. Maklum, rute yg ku lewati adalah rute yg memang selalu mecet pada pagi dan sore hari. Terus lurus. kecepatan pun mulai ku turunkan, tapi masih cukup kencang.  Suara klakson mobi, ankutan umun, dan motor pun saling bersautan. Seperti suara kodok apabila banjir datang. Berisik, tapi telinga ku sudah trbiasa akan hal seperti ini. pnas pun terus membakar kulit lengan yg bersembunyi di balik kemeja yg ku kenakan, yg terpanggang kerna harus tetap berada di stang motor. Tambah lagi pnas yg di keluarkan akibat hasil pembakaran mesin kendaraan yg berbaris tak beraturan seperti sekumpulan masa yg sedang berorasi di kamtor-kantor pemerintahan.
Terus ku pacu motor ku, walau terkadang terhenti sejenak. Dari kiri ke kanan, balik ke kiri lagi. Berbelok belok walaupun jalannya sebenarnya lurus. Karna aku harus mencari cela cela di antara mobil mobil yg bisa ku lewati. Kalau tidak begitu aku bisa telat sampai di kampus. Akhirnya sampai juga di pertigaan terakhir dan belok kekanan, tapi harus berhenti, sebab lampunya belum menginstruksikan untuk berjalan.Tinggal beberapa detik lagi. Dan khirnya hijau. Semua pengendara motor memacu motornya masing masing, tak terkecuali dengan ku. Suaranya berkumpul menjadi satu. Sangat berisik. Siapa yg cepat, dia yg berada di depan. Seperti balapan di sirkuit. Ketika lampu hijau menyala, semua pembalap memacu motornya agar berada di posisi terdepan. Terus ku pacu motor ku, tak jauh dari pertigaan sudah masuk jalan yg tepat berada di dpn kampus dimana aku kuliah. Pintu satu, terus lagi tak jauh, pintu dua terus lagi tak jauh pintu tiga. Sebenarnya ada 4 pintu gerbang untk masuk ke kempus ku. Pintu satu dan empat untuk jalan masuk dan keluar, pintu dua hnya untuk keluar, sedangakan pintu 3 hnya untk masuk. Aku pun masuk dari pintu tiga. terus lurus, di sebelah kiri ada kebun binatang milik universitas, tapi hnya ada beberapa jenis hewan saja. Yg paling banyak populasinya adalh jenis rusa. Terus lagi, tak jauh dari kebun binatang terdapat kantor birorektor dan auditorium universitas. terus kupacu motor ku, lewat perempatan jalan yg ada di kampus ku, terus saja hingga sampai di jalan masuk ke fakultas dimana aku kuliah. Fakultas dimana gedung gedung nya berada di paling pojok belakang dri universitas. Gedungnya pun bagaikan kakek" berusia 70 tahun ke atas. Sudah tua dan kusam. belok ke kanan, ku hidupkan klakson motor ku untuk memberi tanda pada mahasiswa lain yg berjalan kaki , sebeb mereka selalu berjalan dengan memakan semua bdan jalan atau berjalan dengan bersaf. Sebelum sampai di parkiran, ku lewati sebuah mushallah tempat kami melakulan sholat jika berada di kampus. Akhirnya sampai juga di parkir. Parkiran yg baru" ini saja di gunakan kembali. Belum penuh, tapi sudah banyak yg mengisinya. Yah inilah kampus ku di mana aku kuliah. Sebuah jurusan yg di khususkan untul memperbaiaki prosedur, pengawasan,keamana,gizi, nutrisi dari pengolahan makanan. Sebuah jurusan yg masih berada di bawah pimmpinan fakultas yg bergerak di bidah penyediaan, pembibitan,dan budidaya bahan baku industri hasil permukaan bumi. Sebuah fakultas yg tergabung dengan beberapa fakultas lain yang berindukkan pada sebuah universitas negeri di kota ku.
Aku pun berjalan melewati lorong gedung yg tepat berada dia antara ruang ruang kuliah. ramai sekali. Tapi tak kulihat seorang pun teman ku. Terus berjalan pelan. Sambil sesekali kulihat jam tangan ku. Dan masih ada waktu sekitar 5 menit lagi hingga jam kuliah pertama di mulai. Sesekali ada juga yg menegur ku dari arah yg berlawanan, kebanyakan mereka adalah junioran ku di jurusan. .
"bang. .!!"tegur mereka
"yah. .! kuliah apa?" jawab ku sambil sedikit tersenyum dengan mereka.
"PTP bang. ." sahut mereka
Dan kami pun terus berjalan pada arah masing masing. .
Terus lurus hingga mentok di pertigaan lorong yg di akhiri dengan ruangan matakuliah umum dan dasar. Ruangan yg besar. Mungkin cukup untuk sekitar 150 org. Tidak berdinding penuh, melainkan hanya sepertiga dari tinggi ruangan, sedangkan sisanya di batasi dengan jerjak besi yh bermotif kotak" dengan warna perak yg membalutnya. Dilengkapi dua pintu keluar dan masuk pada baian depn sebelah kanan dan kiri, namun biasanya hanya satu pintu yg di buka.
Tiba tiba aku mendengar suara seseorang memanggil ku..
"oii By. .!!"
"Roby. .!!"
Aku pun memutarkan kepalaku,tidak samapai 180 drajat,pi mungkin hanya sekitar 100 drajat. meliahat ke arah lorong yg tadi ku lewati. Aku pun mencari cari, tidak kelihatan satupun teman ku di antara org" yg berada di lorong tersebut. Aku pun terus berjalan, tiba" aku tersentak dengan
pukulan ringan yg manyapa pundak ku,
"Hei, di pangil ko malah jalan aja. .!!"
"emang ga dengar pa???"
"makanya, kalau dapat uang itu jangan untuk makan aja, beli korek kuping jg. .! Jadi dengar kalau dipanggil sama orang. .!!"
"hahhahahaahha .. !!"
Tegur sapa canda satria pada ku.
Yah, satria adalh teman ku. Teman ku di kampus yg paling akrab. yah, aku dan satria sangat kompak. sangking akrabnya, kami selalu pergi bersama kalau masih berada di kampus. dari makan sampai maen game, lucu sekali bahkan kalau di pikir" ulang. aku sendiri juga masih bingung kenapa km bisa se akrab ini. Oh, kalau aku bilang satria tu orangnya asik, dia ga hitung-hitunganan kalau menolong, orangnya kocak tapi tetep bisa serius, walau pun dia punya pacar, tapi dia masih bisa berbagi waktu dengan teman-temannya.
hah..itulah kami, sangat akrab pokoknya.
"Allahuakbar ..!" terucap dalam mulut ku sembari mengelus dada ku karna terkejut
"jiahhh.., kau nya yg panggil tadi. ."
" cemana lah, taksasi dana pengeluaran bulan ini meningkat, jdi ga bisa aku beli korek kuping
itu, kau blikan lah aku..!!"
Sahut ku menjawab serangan pernyataan dari satria ..
"oww..,
Gampang tu, bisa di atur. Mau berapa banyak kau? Atau sepabriknya aja mau? Biar ga susah
-susah lagi nanti kau. .!!" sambung satria dengan bercanda. .
Aku pun hanya ternsenyum mendengar celotehan dari satria,
Kami pun terus berjalan ke ruanga. Lurus lagi melewati ruangan dosen, trus belok kekiri. Tak jauh sehabis berbelok, sampailah di ruangan kuliah di jam pertama ini. Ruangan yg tidak begitu besar, mungkin hanya bisa menampung seketar 40 orang. di lengkapi dengan satu pintu masuk dan keluar yg di tutup oleh dua lembar daun pintu yang terbuat dari kayu yg berbalut cat minyak berwarna coklat tua dan dua lembar daun pintu yg terbuat dari besi, bermotif standart yaitu kotak-kotak dan di percantik dengan lapisan cat berwarna perak. Kondisi pintunya sendiri pun tidak begitu memadai, tidak memiliki pegangan pintu yg berfungsi untuk mengunci, melainkan hanya di sertai dengan kunci palang pada bagian atasnya. pada bagian dinding sebalah kiri dihiasi dengan jendela yang memanjang dari bagian depan hingga kebelakang. Jendela yg di perkokoh dengan jerjak besi yg sama motif dan warnanya dengan daun pintu besi. Jendela yg daun jendelanya aku rasa sejak pertma di pasang hingga sekarang tidak pernah di tutup. Tidak terbuka lebar melainkan hanya pada bagian bawahnya saja.jendela yg pada jerjak jerjaknya berhiaskan benang benang halus yg di rangkai sedemikian rupa oleh hewan" kecil untuk tempat tinggalnya.
Sedangkan pada bagian dalam ruangan dilengkapi oleh dua lembar papantulis yg di rangkai menjadi satu, melekat dengan kokoh pada bagian depan dinding ruangan. satu unit menja dosen dan mimbarnya serta cukup banyak bangku kuliah yg sudah tersusun sedikit rapih. Tersusun dengan dibatasi sebuah gang untuk lalu lalang mahasiswa yg hendak duduk dibagian belakang dan dosen ketika memberikan kuliah. Untuk menambah daya tarik, ruangan ini juga dilengkapi dengan satu unit penyejuk ruangan yg paling tercanggih saat ini.
Wauuuww..
Huuhh..Tapi sayang, tak pernah menyala selama aku kuliah di kampus ini. Entah kapan menyalanya pun satu orang dari kami tidak ada yg pernah tau. Hingga kami berfikir itu hanya tipu daya saja. Hahhaha.alias hanya sebagai hiasan dinding. Uuuppzzz..!! Tenang, ada penggantinya ko. Yah walaupun tidak secanggih yg pertama tadi, namun cukuplah untuk mendinginkan ruangan ini. Sebuah alat yg di letak kan pada lagit" ruangan, sebuah alat yg terdiri dari satu batang besi kecil untuk menggantungkan baling" yg terdiri dari empat cabang yg terbuat dari campuran besi dan alumunium dan berbentuk pipih yg melekat pada besi kecil tersebut. Sebuah alat yg dikendalikan oleh sebuah saklar yg memiliki empat tingkatan kecepatan putaran. Yah, lumayan lah, daripada tidak ada. Tidak lupa pula di lengakapi dengan alat yg mengasilkan cahaya buatan untuk penerangan sewaktu kuliah yg jumlahnya ada beberapa unit. Sebuah ruangan yg letaknya tepat bersebelahan dengan ruangan jurusan, lebih tepatnya kantor jurusan. Itu kalau kami yg bilang. Namun dipisahkan dengan sebuah lorong. Ruangan sudah penuh, mata ku pun kugerakkan untuk mencari teman"ku yg lain.

****
Jam 8:05 kuliah di mulai. Sedikit terlambat dari jadwal seharusnya. Karena harus mempersiapkan alat alat penunjang dosen untuk menyampaikan kuliah.Sebuah alat yg di hubungkan dengan komputer jinjing. Sebuah alat yg mengeluarkan cahaya dari lensa yg di milikinya yg di arahkan ke arah whitboard guna untuk memperbesar ukuran tulisan yang di ada pada komputer jinjing tersebut. Yah, saat ini kuliah teknologi hasil hewani. Sebuah matakuliah yg berbobot 2 sks. Sebuah matakuliah yg mengupas tuntas semua tentang produk" hasil hewai. Bagaimana cara memilih, menangani pasca panen, kerusakan" yg mungkin terjadi dan cara mencegahnya dan banyak lagi yg harus di perhatikan dari hasil hewani. mata kuliah yg terdiri dari beberapa topik ini di ajar olh tiga org dosen. Kali ini yg mengajar adalah bu Lia.beliau merupakan salah satu alumni sarjana di tempat ku kuliah. Bahkan ada beberapa dosen yg masih memberikan kuliah pada kami merukan dosen belua juga pada saat itu. Beliauh khusus mengajar kan tentang telur. Semua mendengarkan dengan cermat. Tak kecuali dengan ku dan satria.
"jadi, sebnarnya pada telur ayam itu semua kandungan nutrisi dan gizinya itu sama. Walaupun ukuran dan warnanya berbeda. Jadi kalau kalian beli telur di pasar, jangan mau di tipu-tipuin sama pedagang. Kadang mereka mau bilang kalau yg warnanya lebih coklat itu lebih bagus. Jangan mau yah ditipuin kalau di bilang seperti itu. Kalian yg perempuan-perempuan yah. Ingat itu. Kandungannya sama. yang penting kondisi telur masih bagus. Kalau ibu-ibu yang awam itu biasanya mereka iyah iya aja. Karna mereka tidak tau ilmunya. Jadi kalian yg sudah tau janganlah mau di tipu tipuin lagi." beliau menjelaskan sambil memberi nasehat pada kami.
"jadi buk bagaimana dengan telur ayam kampung? Apa sama juga kandungannya?" sambut salah seorang dari kami
"kalau telur ayam kampung itu sebenarnya sama aja, tapi mungkin karna cara makan ternaknya yg berbeda sehingga kebanyakan orang bilang kalau telur ayam kampung itu lebih baik. Kan kalau ayam kampung mreka makannya cari sendiri atau alami sedangkan kalau ayam kota atau ayam ras mereka kan pakannya di kasi atau pakannya mengandung zat kimia karna pakannya buatan pabrik. Tambah lagi kalau ayam kampung kan ayamnya harus dibuahi dulu baru bertelur, sedangkan ayam kota kan tidak. Mungkin karna itu. Tetapi sebenarnya secara umum itu sama saja".jawab beliau menjelaskan panjang lebar.
Tak terasa, sudah jam 9.40 wib. Waktu kuliah sudah habis. Bu lia pun merapikan konputer jinjing nya. Sedangkan ardi membatu merapikan alat yg digunakan tadi. Yah, Ardi adalah teman satu angkatan dengan ku juga. Dia adalah komting kami. atau bahasa di SMA nya itu ketua kelas kami. Dia menjadi komting sudah sejak pertama kali masuk kuliah. Badanya tinggi dan besar. Anaknya shaleh. Dia juga merupakan pengurus BKM (badan kenaziran mushalah) di kampus kami. Dia juga bnyak mengikuti organisasi-organisasi islam lainya. Pandai di semua bidang pelajaran. Apalagi yg berhubungan dengan prangkat PC dan dunia maya. Waww. .dia ahlinya.
Keadaan ruangan pun sudah tidak kondusif lagi. Semua merapikan alat-alat tulis yg tadi mereka keluarkan. Sebagian ada yg bercerita, ada pula yg beradu mulut dan sebagian ada yg mulai menininggalkan ruangan. Termasuk aku dan satria. Keluar pintu, belok kanan dan lurus. Melewati sedikit lotong. beberapa orang ada yg sedang berbincang bincang dengan temannya di lorong. kami terus berjalan. ujung lorong di batasi dengan pagar besi yg memagari tangga yg menghubungkan antara lantai dasar dengan lantai di atasnya. Belok kiri dan belok kanan lagi. Kuliahat beberapa temanku yg lain sudah ada di dalam ruangan tepat kami menerapkan teori perkuliahan. sebuah ruangan yg di penuhi dengan berbagai zat kimia. Terdiri dari tiga meja yg terbuat dari beton memanjang ke arah belakang. Dimana tiap tiap meja tersebut di batasi denagan sebuah rah pada tengahnya. Sebuah ruangan yg terdapat beberapa alalt pengiring dan alat penyimpanan dingin. Sebuah ruangan yg di dalamnya terdapat sebuah ruangan lagi yg beerukuran kecil yg digunakan untuk dosen penanggung jawabnya.Sebauah ruanagan yg biasanya kami gunakan untuk penerapan teori tentang penyimpanan bahan panagn baik yg dimodifikasi ataupun kontrol, tentang analisa kimia pangan dan bnyak lagi.
"by, kuliah jam 10 ga masuk. Bapak itu td bilang sama aku. Katanya beliau ada urusan. Jadi entar di ganti hari aja untuk kuliah hari ini. Tolong kasi tau temen temen yg lain yah. .!" cetus hakim tiba" saat melihat ku dan satria.
"serius kau. .??" jawab ku meyakinkan
"iyah, ngapain juga aku bohong.."
"oke lah. ."
"oy nanti jangan lupa yah, kita da follow up rapat yg minggu kemaren. waktunya udah mepet ne." cetus ku lagi sambil memngingatkan kepada hakim dan teman-teman yg lain yg ada di ruangan tersebut. Hakim juga teman baikku. Tapi tak seakrab dengan satria. Seperti dengan satria, hakim tinggal di kota tempat aku kuliah. Tidak seperti aku yg pendatang dari seduah daerah atau kabupaten. Hakim juga asissten laboratorium, pandai, tidak terlalu tinggi, putih, rambutnya sedikit ikal seperti satria. Terkadang ia suka buat org tertawa dengan tingkahnya yg aneh aneh. Apa lagi kalau kami uda berkumpul, wah... Teman" yg laen bisa terbahak" kami buat. Bahkan kadang mereka sampek bingung dengan apa yg kami buat. hahahhah. .
"eh, banyak yg ga bisa la hari ini. Bnyak yg masuk lab. soalnya anak" stambuk laen mreka bnyk yang ganti jadwal. Jadi kayak nya untuk hari ini kita cancel aja yah. .! Tadi org itu sms aku." sambut satria memotong perkataan ku tadi.
"jadi gimana kim, kita cancel ja tuk hari ini? Tanya ku pada hakim.
"hmmmmm, ya udah kita cancel aja lah" jawab hakim biasa.
"eh, gausah lah. . Gimana kalo kita cancel aja .. hahah" sambung hakim mulai bercanda
"halah. .tahapa hapa la kau kim, jangan lah, gmn kalau kita cancel ja?" sambung ku bercanda jg
"hadehhh, tahapa lah kalian, ga usah lah di cancel, kita cancel ja lah, ," sambung satria lagi. "Hahahahahahahah. . . . " teriak kami bertiga.
"huss. . Tah apa pun yg kalian omongin, itu-itu juganya maksudnya. Sakit kepala ku dengarnya". Cetus lini agak kesal
Kami semua asik bercerita. Dari masalah satu ke masalah berikutnya, dari cerita satu ke cerita yg lainnya. Sedangkan di bagian depan ruangan juga ramai. Dari stambuk termuda sampai stambuk tertua berbaur menjadi satu. Masing" dengan bincangan dan urusannya. Memang seperti ini keadaannya apabila menunggu jam kuliah berikutnya. Yah walaupun ada sebagian yg menunggu di runagan. Keadaan ruangan seketika hening, seperti ada yg sengaja menghentikannya semua. Tak ada yg berbicara satu org pun dari kami. Semua mata saling memandang. Bingung, tapi kosong.
"loh. .loh. .loh kok diam, kok diam. ." cetus ku memecahkan suasana.
Eh woi, tadi malam aku mimpi di kejar-kejar ular lah. Besar kali lo ularnya. Ku rasa bisa dia makan aku. Yg ku herankan, di situ itu adanya satria sama yani, tapi kenapa hanya aku yg di kejar." sambungku memulai cerita baru. Semua mata mengarah pada ku, seperti mau menerkam ku. Mereka benar-benar mendengarkan cerita ku. Fokus terhadap apa yg aku ceritakan.
keadaan
kembali senyap sejenak. Tiba tiba "cie ciee. .ada yg naksir sama kau itu by. ." lini memecahkan keheningan.
"hahahhaha. .kemek kemek lah by" sambung ria keadaan kembali riuh. Semua berargumen. Sedangkan aku, aku hanya biasa diam dan sedikit tersenyum dengan argumen yg mereka keluarkan.
"ih, ,ih. .ih, muka roby merah. ." sambung fitri meledek ku.
"woi woi woi, diam dulu. Jangan la kau fitnah lin, mana mungkin ada yg suka sama roby. ."
sambung satria lagi lagi meledek ku.
Semua tertawa dengan ekspresinya masing masing. Lepas, seperti tidak ada beban. Kembali keadaan riuh. Tapi gimana dengan aku. Lagi lagi aku hanya biasa diam dan tersenyum. "maksud mau buat cerita, eh malah di ledekin. Nasib nasib. ." ucap ku, tapi tidak sampai terucap oleh bibir.
Di bagian luar ruangan sudah mulai hening, maklum sudah jam sepuluh lewat. Semua sudah masuk pada jam kuliahnya masing masing. Yah, walaupun ada beberapa yg masih berkeliaran di luar ruang kuliah. Seperti kami, yg dosennya tidak masuk. Beberapa dari kami jg ada yg meninggal kan ruangan, memanfaatkan waktu kosong dengan urusan yg lain. Begitu jg dengan aku dan hakim. Kami berdiskusi tentang agenda rapat yg di tunda. Sedangkan satria asik mendengarkan kami dan sesekali memberikan pendapatnya. Yah, aku dan setria merupakan penitia acara dari kegiatan yg dibuat oleh pengurus harian ikatan mahasiswa jurusan. Lebih tepatnya aku sebagai ketua panitia sedangkan hakim adalah wakilnya. Aku sendiri awalnya jg gak mau jadi ketua panitia. Namun setelah pemilihan sewaktu rapat pembentukan panitia dimana aku yg mereka tunjuk jadi ketua, yah mau gimana lagi. Mau tak mau lah. Tapi bkn gak iklas loh. Akhirnya jam kuliah terakhir selesai. aku, satria dan yg lainnya meninggalkan ruangan. Keluar bak ternak yg dilepas dari kandangnya. Berthamburan bagaikan serpihan kertas yg di jatuhkan dari atas secara bersamaan. Aku dan satria menuju parkir motor. Sebagian ada yg menuju laboratorium. Dan banyak lagi dengan urusannya masing masing.

Dia Bernama Afrilia

Tengah hari ini cuaca sangat membara. Maklum bulan februari biasanya memang musim kemarau tiba. metahari berpijar tepat di atas ubun ubun. bak api yg menjulur dan menjilat jilat bumi. Panasnya bak melebihi tungku pelebur biji baja. Sebenarnya aku malas untuk keluar rumah. Bahkan sekedar hanya untuk sekedar mencari ilmu. Atau hanya untuk sekedar solat berjamaah di masjid. Mungkin hanya mereka yg teguh pendirian dan bercita cita tinggi yg tergerak hatinya. atau hnya mereka yg benar" mentaati titah Tuhan nya. Seperti mentari yg telah berjuta-juta tahun membakar dirinya untuk menerangi bumi dan planet planet lain yg mengelilinginya. Yang tetep teguh pendiriannya walau terkadang cahayanya tak samapai ke bumi karna terhalang oleh butir butir uap air yg ada di atas sana.
Kubulatkan tekat ku, kusingkirkan rasa malas yg menyelimuti ku. Pikirkan tentang bagaimana susahnya orang tuaku mengais rizki untuk kehidupan ku dan biaya pendidikan ku. Beliau saja yg sudah berusia rela berpanas panasan demi memenuhi kebutuhan ku dan keluarga. bagaimana pula aku yg masih muda, masih serba minta, hanya untuk datang, duduk, mendengarkan, mencatat, disebuah ruang kuliah yg ada pendingin ruangannya saja malas. semangat ku pun makin membara. Bagaikan panas matahari yg sedang membara di luar rumah. Selesai shalat zhuhur. Aku pun segera bergegas untuk berangkat. Kukenakan kemeja putih bermotif garis lurus berwarna hitam. Kupadukan dengan celana jeans berwarna biru muda. Kuambil jaket berwarna putih untuk menutupi lenganku agar tak terbakar cayaha matahari, sebab kemeja yg ku kenakan adalah kemeja pendek. Sengaja, hari ini kupadukan pakaian ku yg berwarna putih, karena untuk mengurangi panas matahari yg membakar. Karna warna putih tidak menyerap cahaya atau panas.
Kukenakan ransel ku. Aku pun siap untuk berangkat. Keluar dari rumah, panas langsung menyengat kulit ku, walau sudah diselimuti jaket, tetap saja tembus. rasanya seperti terganggang di atas tungku api. Ku pacu motor ku, melewati jalan yg sama. Ramai dan macet. Karna saat ini merupakan jam makan siang. Jadi semua yg beraktivitas beristirahat dan mencari sesuap nasi, dari warung warung nasi, cafe, tempat makan cepat saji, resto berbintang semuanya padat pengunjung. Terus kupacu motor ku, melewati cela cela di antara mobil dan angkutan umum agar segera terlepas dari kemacetan. Sampai di pertigaan terakhir, belok kanan. keadaan jalan berubah 180 derajat. Yah, jalan yg berada di depan areal universitas ini sangat teduh. Sebab pinggir kanan dan kiri serta pada pembatas tengah jalan di tumbuhi dengan pohon pohon yg sangat rindang. Usia pohonnya sendiri mungkin sudah mencapai belasan atau bahkan puluhan tahun. Cesss. ., udara dingin sangat sejuk kurasakan ketika berada di bwah pohon" pencuci udara kota di jalan ini. Bagaikan masuk ke lemari pendingin Bumi, seketika badanku yg tadinya terasa sangat gerah tiba tiba menjadi dingin. Jalanan nya pun sedikit langang, sehingga aku bisa lebih memacu motorku.
Tepat jam 1 siang kuliah di mualai. Hari ini aku hanya ada 1 matakuliah. Yah, cuma kuliah instrumentasi laboratorium. Sebuah matakuliah yg berbobot 3 sks dan di bagi menjadi 2 sks kuliah teori dan 1 sks praktikum. Sebuah matakuliah yg menerangkan tentang bagaimana menggunakan, merawat, dan membaca hasil instrumen atau alat alat yg di gunakan di laboratorium. Dari alat yg paling sederhana hingga yg paling canggih. Dari yg biasa di gunakan hingga yg tak pernah digunakan. Kuliah sudah dimulai, tapi ada beberapa mahasiswa yg terlambat. salah satu dari mereka mengetuk pintu ruangan kuliah yg mengisaratkan mereka minta izin masuk. Pak hadi pun mengizinkan mereka tuk masuk. Di antar mereka yg di dominasi wajah pemberani, terselip wajah yg anggun. Wajahnya putih, bersinar terang, indah bagaikan bulan purnama di malah hari. Ia tersenyum, manis dan mungkin lebih manis dari sari madu, indah dan mungkin lebih indah dari sekedar lukisan alam. Matanya berbinar binar. Kerudung berwarna coklat muda dengan sedikit bordilan bermotif bunga menambah indah di wajahnya. Kemeja panjang berwarna coklat muda dengan motif garis garis lurus berwarna yg lebih tua yg iya kenakan sangat cocok dengan warna kulitnya yg putih. Mataku pun terus terarah kepadanya, bahkan mungkin semua mata lelaki yg ada di ruangan kuliah ini.
Mahasiswi itu bernama Afrilia. Dia adalah mahasiswi dari jurusan lain di fakultas tempat aku kuliah. yah, sebuah jurusan yg menangani tentang pembibitan, penanaman, perawatan hingga budidaya dari tanaman. Kuliah instrumentasi laboratorium adalah salah satu mata kuliah pilihan luar bagi jurusan mereka. Sehingga bagi mereka bobot mata kuliah ini hanya 2 sks. Ku arahkan lagi perhatian terhadap kuliah yg di berikan pak hadi. Aku tak mau kalau afrilia sadar aku sedang memperhatikan dia.
Tiba tiba handphone ku bergetar, kemudian ku ambil handphone yang ku letakkan di kantung jeans yg ku kenakan.  Dengan sedikit bersembunyi, ku lihat handpohe ku, ternyata sms dari satria.
"Assalamu'alaikum. .
By, tolong TA kan aku yah, ku ga bisa masuk hari ini. . tolong ya by..! "
Langsung ku balas sms dari satria
"Wa'alaikumsalam. .
Iyah, insya Allah yah, kalau ga di panggil satu persatu sama bapak ini.."
Satria mengirim
"oke, sepp. .! Thanks. ."
Tak ku balas lagi sms dari satria, kembali ku fokuskan lagi pikiran ku terhadap kuliah. Sesekali ku lihat teman" yg lain di sekeliling ku. Ada yg benar" serius memperhatikan, ada yg bercerita dengan berbisik bisik, ada pula yg tertunduk tunduk menahan rasa kantuk. ada juga yg sedang bermain handphone. Kembali ku fokuskan pikiran ku kepada materi kuliah yg di sampaikan. "Jadi, kromatografi itu adalah proses analisis dengan berdasarkan pemisahan melalui perbedaan kecepatan migrasi dari komponen komponen suatu zat yg dibawa oleh fase gerak atau mobile fhase melalui fase diam atau stationer phase. Dan mengapa bisa terjadi pemisahan komponen, itu dikarenakan adanya manipulasi dan adanya perbedaan sifat fisis masing masing komponen. ." pak hadi menjelaskan tentang apa itu kromatografi. Tak sampai jam 2.40 kuliah sudah selesai. Beliau ada undangan untuk menguji dalam sidang salah satu mahasiswa dr jurusan. Satu persatu dari kami keluar. Begitu juga dengan ku. Sebagian dari kami ada juga yg masih berada di dalam ruangan. Keadaan benar" riuh. Mata ku mulai mencari cari, tapi tak ku temukan. Yah, aku mencari Afrilia.
Pakk..
Seseoarang menyapa bahu ku..
Aku pun tersentak, langsung ke paling kan wajah ku ke arah pukulan ringan yg manyapa bahuku.
Ternyata hakim yg melaku kannya.
"by, temenin aku ke foto copy yuk. .!" Seru hakim mengajak ku
"ngapain?"
"ayok lah, ada yg mau ku beli di situ. ."
"sekarang??"
"enggak, tahun depan. Ya iyalah sekarang . ."
"ooo, yuk. ."
Yah, foto copy. Bursa mahasiswa. Pusat penduplikasian semua yg berhubungan dengan bahan kuliah dan ujian. Semua dapat di duplikasi dengan sangat cepat. Tetapi pada jam" tertentu, semua menjadi lambat. Bahkan sangat lambat. Masalahnya adalah keterbatasan pegawai, mesin duplikasi dan banyak nya konsumen. Bahkan sangking banyaknya konsumen, untuk menduplikasi 2 lembar bahan kuliah saja membutuhkan waktu hingga lebih dari 30 menit. Paling sebel kalau pegawainya itu laki laki, mreka pasti mendahulukan gadis gadis. Apa lagi gadis" cantik. Sedangkan kami yg sesama jenis, tak dihiraukan. Kami trus berjalan. Keluar dari ruangan, sedikit berbelok kanan dan balik lurus lagi melewati lorong.
"mo beli apa kau kim. .???"
"uda lah, ikut aja. ."
"beghh, parah. Gitu rupanya kawan yah . .??"
"wih, dah maen kawan" ah. Ngerih kali yah ancaman mu. ."
"hahahha. ."

Dari kejauhan, tepatnya di ujung lorong. Aku melihat seorang mahasiswi. Sepertinya aku kenal. Aku kenal gaya jalannya, pakaian yg dia kenakan. Kami pun terus berjalan menyelusuri lorong. Begitu juga dengan mahasiswi tersebut. Semakin dekat. Dan semakin dekat untuk berselisihan. pandangan ku mulai jelas meliahat mahasiswi itu. Dan akhirnya benar" jelas. Ternyata benar dugaan ku. Afrilia. Yah mahasiswi itu adalah afrilia. Kamipun terus berjalan dari arah yg berlawanan. Sesekali aku merunduk. Stay cool. Begitu juga dengan afrilia. Dan akhirnya kami berjumpa. Berpapasan. Tepat di pertengahan lorong. Dua pasang mata saling menatap. tajam. Berisyarat. Tak kuhiraukan lagi hakim. seakan waktu berhenti. Hanya ada aku dan afrilia. kulihat wajahnya bersih. Matanya jernih. Kulihat seperti ada yg ingin terucap dari bibirnya. Namun tak sampai terdeteksi oleh pita suaranya. Hanya di hati. Keadaan benar" hening. tak ada suara. Hanya kedua pasang mata yg bekerja. Ingin berkata, tapi tak bisa. Terus berjalan. Tanpa sadar terus ku putar wajah ku mengikuti nya. . Dan akhirnya kami pun saling bersebrangan. Keadaan kembali normal kurasa. kami pun trus menyelusuri lorong. Kembali ke tujuan utama.
"jangan di liatin aja. ." hakim memecah kebisuan kami.
"ahah. ga da tuh, cuma kagum aja ko. ."
"jiahh, yakin tu. .?? Aku sih ga yakin. ."
Aku hanya tersenyum.
Kami terus berjalan. Melewati mushalah. Belok ke kanan dan lurus. Sampai di tempat penduplikasian, terlihat dua lemari kaca yg berbentuk hurup L. Di bagian dalamnya terdapat berbagai perlengkapan kuliah yg tak tersusun dengan rapi. Melihat pada sisi kiri ruangan, susunan kardus" kertas HVS tersusun rapi dan tinggi. Mungkin tingginya mencapai 2,5 hingga 3 meter. Terdapat sebuah lemari pendingin minuman yg berlabelkan merk salah satu produsen minuman bersoda. Dan yg paling utama adalah 3 buah mesin foto copy yg bekerja seharian tiada henti hetinya. Mungkin perhari mesin" tersebut dapat menduplikasi tulisan hingga lima ribu lembar. Bahkan lebih. Terdapat juga sebuah mesin pemotong kertas yg sangat besar ukurannya. Suasananya sedikit lengang. Mungkin karna sudah tengah hari sore. Jadi sebagian mahasiswa sudah ada yg pulang. Atau mungkin mereka lagi prektikum. Biasanya jam" praktikum memang dilakukan dari siang hingga sore. Walaupun ada juga yg dilakukan sewaktu pagi hari. Hakim mengeluarkan sebuah buku bacaan dari tasnya. Sebuah buku yg menenerangkan tentang kimia bahan pangan. Ian ingin menduplikasi buku tersebut..
" kau mau copy semua?" tanya ku
"iya. ."
"gila kau, banyak kali. .! Lama la itu. .??"
"ya makanya aku ngajakin kau. ."
"jiahh, jadi tuba awak ah. ."
"alah by, sesekalinya . .! Ga bisa lagi kau di mintai tolong, biar tau aja aku. .??"
"hmmm, yela tu. .!" dan aku hanya senyum sedikit terpaksa.
Sambil menunggu fotocopy hakim selesai, ku ambil handphone ku untuk berkomunikasi di dunia maya. Ku buka situs jaringan sosial yg kumiliki. Sebuah situs yg dapat menghubungkan kita dengan temen" kita. Baik yg dekat dan jauh, yg srng junpa atau yg ga pernah jumpa, dan bisa juga mencari teman baru. Sedikit lambat loading nya. Mungkin jaringannya kurang bagus. Dan akhirnya terbuka. Kulihat ada 12 notification. Kubuka. Semua mengomentari status ku. Ku buka satu persatu, ku balas komentar dari mereka. Selai membalas semua komentar mereka, ku buka note ku. ku tuliskan beberapa baris kalimat disana.
aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
Seperti awan dengan hujan yg menghilangkannya. .
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
Seperti matahri denga bulan yg mnggantikannya. .
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
Seperti daun dengan angin yg menggugurkannya. .
Selesai.Publish
Ku buka beranda. Dan aku keluar dari situs jaringan sosial ku.
"udah siap kim. .??" tanya ku..
"bentar lagi. .!!"
selang beberapa menit, dah akhirnya selesai.
Pagi di Desa Simpang Empat

Jam 2.40, kuliah hari ini usai. Aku pun langsung bergegas pulang. Kupacu motor ku keluar dari area kampus. Jalanan masih lengang. Hanya 7 menit aku membutuhkan waktu untuk sampai di rumah. Kuparkirkan motor ku di depan urmah ku. Kemudian aku berkemas. Yah hari ini aku akan pulang ke kampung halaman ku. Tempat tinggal kedua orang tua ku. Tepat jam 3 aku berangkat. tak lupa aku menitipkan kunci rumah ku dengan ibu pemilik rumah yg ku sewa. Ku pacu motor ku, keluar dari gang belok ke kanan, terus lurus dan belok ke kanan lagi. Udara sore sudah mulai terasa. Tak terlalu panas lagi, tapi cukup membakar kulitku. Trus ku pacu motor ku, melewati perempatan. Jalannan ramai. Tapi tak sampai macet. Udara sore pun terus menerpa badan ku. Sejuk bercampur panas sisa dari hasil pembakaran kendaraan bermotor pun serasa menembus jaket dan kaos yang ku kenakan. Terus lurus, jumpa pertigaan belok ke kanan. Masuk ke salah satu jalan utama di kota dimana aku kuliah. Terus lagi dan akhirnya masuk ke jalan utama. Yah jalan penghubung antar kota dan antar provinsi. Jalanan benar" ramai. Karna aku masih berada di pintu masuk kota, kira" begitu lah kalau di gambarkan. Terus ku pacu motor ku. Melewati fly over yang di bangun untuk menghindari kemacetan di perempatan yg terletak di bawahnya. yah, fly over yang baru siap di bangun kira" satu tahun yg lalu. Sebuah fly over yg panjang nya mungkin sekitar 1 - 1,5 km ini membutuhkan waktu 2 tahun untuk membangunnya.
Namun menfaatnya benar"-benar terlihat, jalan ini sekarang sudah terlepas dari kemacatan. Tak seperti biasanya, kalau melewati jalan ini, pasti membutuhkan waktu minimal 30 menit untuk hanya melewati perempatan. Karna selaian merupakan pangkalan angkutan umum, badan jalannya juga sempit. Dan setelah di bangun fly over, badan jalan lebih luas, kendaraan pun lbh banyak yg melewati fly over. Paling hanya angkutan umum dan mobil" pribadi yg ingin melewati jalan tol saja yg tak naik ke fly over. Trus ku pacu motor ku mengikuti jalan, jalanan pun terlihat lebih lengang, kekiri dan ke kanan kuarahkan motor ku untuk mendahului kendaraan lain yg ada di depan ku. Lurus terus. Trus kupacu motor ku. Dari Porsneling 3 masuk ke 4, setelah mencapai 90 km/h, masuk ke 5. Jalanan sangat lengang sekali. Hanya ada beberapa kendaraan pribadi yg melintas. Sesekali ada juga truk" besar yg bergerak searah dengan ku. Samapai di 115 km/h, masuk ke 6, hingga mencapai 140 km/h. Kurasakan angin yg menerpa badan ku begutu kuat. Helm yg ku kenakan pun seakan ingin lepas. Tapi tak mungkin, karna telag kupasang dengan baik. Terus kupacu dan akhirnya maksimal pada 160 km/h. Semakin kuat ku rasa angin yg menerpa badanku, jaket yg ku kenakan pun tak lagi menutupi dengan sempurna. Tak lupa ku eratkan genggaman tangan ku yg berbalur sarung tangan pada stang motor ku.
Tak terasa, 30 menit sudah aku mengendarai motor, kini aku berada di pertengahan jarak antara rumah orang tua ku dan kota dimana aku kuliah. Jalanan mulai ramai. Karna badan jalan sudah mulai menyempit. Ku turunkan lacu kendaraan ku. Hanya 70 - 80 km/h. Terus mengikuti jalan utama. Badan jalan lebih kecil, dan akhirnya hanya muat untuk 2 mobil atau angkutan umum yg berjalan berlawanan arah. jalan yg hanya di batasi dengan garis putih berputus pada tengah badan jalan.
Tepat jam 4 akhirnya aku sampai di persimpangan masuk ke kampung halaman ku. Dan belok ke kanan. "cepat juga . ." lirih ku dlam hati. Karna biasanya aku membutuhkan waktu 1,5 jam untuk sampai di persimpangan ini. Terus lurus. Kondisi jalan masih bagus. Dan akhirnya kembali rusak ketika samapai di sebuah SMA milik pemerintah. Yah, SMA itu adalah SMA negeri 1 Sei Rampah. Sebuah SMA negeri dimana aku sekolah. Sebuah SMA negeri yg paling di perioritas kan di kota dari kampung dimana aku di beesarkan. Sebuah SMA dengan gedung" nya yg baru di renovasi setelah aku berada di kelas 3. Dan sekarang bangunannya sudah keliatan lebih indah daripada sewaktu aku masih berada di dalamnya. Balutan cat berwarna hijau muda dengan corak berwarna kuning menghiasi temboknya. yah, warna tersebut adalah warna ciri khas dari PemKab tempat aku tinggal sejak aku kanak-kanak.
Terus lurus mengikuti jalan utama menuju kampung ku. Melewati perkebunan kelapa sawit milik perkebunan swasta, tapi perusahaan tersebut sudah sangat besar. Yah, perusahaan itu adalah milik investor asal negeri Elisabet. Terus lurus lagi. Melewati perempatan. Tak jauh masuk di perkampungan. trus ku pacu motor ku. Perlahan, menghindari jalan yg bebatuan dan berlubang. Jalan utama menuju kampung ku ini sebenarnya masih belum layak di jadikan jalan utama, karena kandisi jalannya yg masih rusak. badan jalannya belum berlapiskan pecahan batu koral yg telah halus yg di disatukan dengan ter dan lelehan karet. jadi kalau musim panas seperti ini, abu berterbangan. Apa lagi kalau ada kendaraan besar yg melintas, wah. . . jarak pandang kedepan pun terbatas. Sedangkan kalau musim hujan, keadaannya lebih parah, jalan akan becek.bahkan seperti bubur yg tumpah di jalan. Licin. Dan tak sedikit dari mereka yg mengendarain motor ketika musim hujan terjatuh. Kebanyakan dari mereka adalah kaum hawa.
Terus lurus, melewati perumahan penduduk kampung. Melewati perempatan, terus lurus. Jarak dari persimpanagn kerumah ku lebih kurang 9 km. Jadi membutuhkan waktu kira" 15 menit kalau naik motor. Terus lurus mengikuti jalan utama, sedikit berbelok ke kiri, lurus lagi. Jumpa pertigaan belok ke kanan. Masuk ke area perkebunan karet milik perusahaan swasta. Tak jauh, belok ke kanan lagi. Masuk ke perkampungan. Terus ku pacu motor ku, tak lama kulihat sebuah sekolah swasta. Sekolah itu adalah tempat aku mengenyam bangku pendidikan sejak SD hingga SMP. Yah sekoloh itu menyediakan pendidikan dari SD hingga SMA. Tak jauh dari sekolah itu, dan akhirna sampai di rumah orang tua ku. Yah, sebuah rumah yg sudah di bangun sejak aku belum lahir, tepat nya tahun 1984. Rumah yg sudah kelihatan lelah memanyungi keluargaku dari hujan dan panas. Rumah yang menjadi saksi bisu pertumbuhanku sejak kecil. Cat putih kusam yg melekat pada dindingnya, menggambarkan jelas bahwa rumah ini benar" tua. Asbes yg dilekatkan pada langit" rumah ini pun sudah banyak yg rusak dan lepas. Yah, sebuah rumah yg terletak di sebuah desa yg penduduknya berpenghasilan dari hasil tani. Namun penduduknya sudah memiliki pemikiran yg maju, khususnya pemuda"nya. mereka juga banyak yg menyambung pendidikan hingga perguruan tinggi, salah satunya ya aku. Desa simpang empat, itulah nama desa dimana kedua org tua ku tinggal. Kuparkirkan motorku di teras rumah.
"Assalamu'alaikum. .!!" seruku masuk ke dalam rumah. .
Sepi. Tak ada yg menyahut. Tak kulihat seorang pun di ruang tv. Ruang yg pertama kali ku jumpai kalau masuk ke dalam rumah. Aku pun terus menuju ke kamar ku. Kamar yg letaknya tepat bersebelahan dengan ruang tv. Sebuah kamar yg berukuran cukup besar, mungkin sekitar 4 x 4 meter. Cat putih kusam menghiasai dinding bagian dalamnya. langit" yg awlnya berwarna putih pun kini berubah menjadi kuning kecoklatan. Hmmm, itu di karnakan kami selalu memakai anti nyamuk bakar. Wahh, kalau yg kondisi kamar ku yg awlnya putih saja sekarang berubah menjadi kuning kecoklatan, gimana dengan paru" ku. Tapi yah gitu lah, kalau tak pakai antinyamuk bakar, nyamuk" akan terus menyerang kami. Maklum lah, masih banyak semak belukar di bagian belakang rumah kami.

*****

Kurasakan dingin telah menyatu ke tubuhku. Rasanya ingin menarik selimut yang sudah terlepas dari badanku agar kembali hangat. Yah jam" seperti ini memang puncaknya udara dingin. Apabila mengikuti hawa napsu dan godaan jin" jahat, maka hilanglah subuh di setiap pagi. Dengan mata yg sedikit terbuka, dengan kondisi fikiran di antara sadar dan tidak, aku mendengar suara seseorang membuka pintu. Sedikit berisik. Karna suasana masih sangat hening. yah, itu adalah suara ayahku membuka pintu rumah kami. Biasanya ayah selalu shalat di masjid. Tak lama, kudengar suara azan berkumandang. Sangat keras. Aku pun tersentak. Suara itu seketika meledakkan keheningan pagi. Dingin semakin kurasakan menyengat badan ku. Seperti menusuk keseluruh tulang yg menyusun tubuhku. Kalau tak mengingat suara itu adalah suara panggilan yang maha kuasa di atas segala penguasa, dan kalau tak mengingat ayah ku saja yg sudah berumur 65 tahun saja sanggup shalat berjamaah di masjid, mungkin tidur dengan berbalut selimut tebal lebih enak. Ku singkirkan rasa uring uringan ku, ku kebaskan selimut yg sedikit menutupi sedikit bagian kaki ku. Aku pun bergegas membersihkan diri, bersuci dari semua jenis hadast.
Ditengah keheningan pagi, dibalut udara dingin yg menyelimuti, aku bersujud kepada-Nya. Mendekatkan diri kepada -Nya. Merendahkan diri dihadapan-Nya. Dihadapan sang penguasa dari sagala penguasa. Dihadapan sang pemberi nyawa dan kehidupan. Di hadapan sang pemberi yg tak akan pernah terhitung apa yg tlah diberi. TAk lupa ku sampaikan puji syukur kepada-Nya dalam sujudku. Memohon ampunan dan kebaikan didunia dan akhirat. berdoa agar diberi kemudahan dalam menyelesaikan kuliah. Dinginnya pagi tak lagi ku rasakan. Khusyuk ku menghilangkan dingin yg menyelimuti. Keadaan rumah sudah mulai ramai kudengar. Sepertinya semua orang yang ada di rumah ini telah bangun. Sudah jam 5.30 wib. Kulipat sajadah yg ku pakai sebagai alas.
"By. .!" Kudengar seseorang memanggil ku, yah beliau adalah bunda ku..
"kalua udah siap shalat tolong liatin air yah di belakang, bunda masak air. Nanti kalau sudah mendidih di masukin ke termos yah..! Bunda mau shalat dulu."
"oo iyah bun..!"
"roby da siap shalat ko..!"
Aku pun bergegas kedapur. Ku kerjakan apa yg di perintahkan bunda ku. yah, bunda adalah sosok wanita yg paling ku kagumi & kusayangi. Aku tak mau mengecewakan beliau. Beliau sangat baik dengan ku. Apa yg ku minta, bunda selalu memberikannya. Kembali kurasakan dinginnya udara pagi di kampung ku. Padahal kampung ku merupakan dataran rendah. Bahkan bisa di bilang tak jauh dari pesisir pantai timur sumatera. Paling hanya berkisar 20 - 25 km saja. Tapi dinginnya udara pagi disini seperti berada di dataran tinggi pengunungan. Ku buka pintu samping, pintu yg menjadi pintu utama kalau melakukan aktifitas sehari hari.
Wusss..
Angin pagi pun menyambarku.
Dinginya seakan merasuk hingga ke organ dalam tubuhku. Kusandarkan tubuhku di sebuah tiang penyangga langit langit teras rumah. Kuhirup dalam dalam sejuknya udara pagi di kampungku. Udara bersih seperti ini tak kan ku dapatkan di kota dimana aku kuliah. Berulang kali ku hirup dan ku keluarkan perlahan dari mulut. Kuliah asap keluar dari mulutku. Sebenarnya bukan asap melaikan uap air yg keliahtan seperti asap. Hal yg biasa muncul saat kita berada di keadaan udara dingin.

****

Jam 7 pagi. Keadaan di rumah semakin ramai. Semua sudah melakukan aktifitas masing masing. Di pekarangan rumah juga banyak orang" yag bekerja pada ayah dan kedua abang ku. Sebagian dari Mereka menunggu intruksi dari ayah. Sedangkan sebagian lagi sudah mempunyai jadawal. Karena mereka bekerja sebagai supir truk. Sedangkan di dalam rumah, kakak ipar dan dua pekerja yang membantu bunda mengerjakan pekerjaan rumah jg sudah mulai mengerjakan pekerjaan na masing masing. Satu dari mereka memasak bersama kakak ipar ku baru kemudian mencuci pakaian. Sedangkan yang satu lagi membersihkan rumah dan pekarangan rumah baru menyetrika pakaian.
"mau masuk ke lumpur-lumpur aja pun pakek acara di cuci dulu segala lo. .!!" sapa ku kepada salah satu supir truk ayah.
"eh, by..! Biar ga kotor kali. Jadi kan pigi kerja enak di lihat..! Kapan pulang by??"
"semalam sore..! Mau ngangkat apa mang?"
"angkat ubi.."
"oww, lebar?"
"1 hektar la"
"oww, banyak juga. ."
"lumayan la by.."
"brapa harganya sekarang??"
"brapa yah, 500 kayak nya by.."
"hadehh, tiap hari angkat ubi pon ga tau.."
"om, talapan . ." tiba-tiba suara anak kecil menyapa ku.
" oh, iya pip. Sapa yang nyuruh..?"
"nenek. ."
Hmm, yah. Anak kecil itu asalah keponakan ku. Dia ank abang ku yg msih tinggal bersama bunda di rmh ini. Usia na baru 3 taunan. Namanya Affif. Dia ank yg lucu dan pandai.
" yuk, om gendong aja. ."
Aku pun bergegas masuk kedalam rumah bersama affif. Ternyata semua penghuni rumah ini sudah berkumpul di meja makan. Yah, dirumah ini ada 9 org yg tinggal jika aku pulang. Ada ayah, bunda, dua abg aku yg belum menikah, abg aku yg sudah menikah dan istrinya, affif dan aku. Keadaan seperti inilah yg menbuat aku betah di rmh. Semuanya selalu bersama sama. Sedangkan kalau aku di rumah ku yg di sna, aku serba sendirian. Fiuhh...tapi yah di syukuri aja yg di kasi sama Allah. Yah anggap aja semua ini adalah halan hidup yg harus aku lewati. Dan aku yakin semua ini ada hikmahnya. Karena aku yakin Allah serba mengetahui apa yg sebenarnya tak pernah kita ketahui.


Hati Tak Lagi Suci Ketika Suci Ada di Hati

Keadaan kampus benar-benar hening. sepertinya semua tlah memulai kuliah. Dan aku sedikit terlambat pigi ini. trus ku percepat langkahku. Menyusuri lorong" diantara ruang kuliah. Tak ada seorang pun yg kutemukan berkeliaran di luar kelas. Sesekali kudengar suara dosen pengajar yg sedang memberikan kuliah. Namun aku tak mengerti apa yg mereka katakan. Tak nyambung ke otak ku. trus ku percepat langkah ku menuju ruang 104. Dan ternyata pak hadi telah memulai kuliahnya. Pintu ruangan yg tak tertutup membuatku dapat berkomunikasi dengan salah seorang teman ku yg berada di dalam ruangan.
"udah lama? Boleh masuk kan?" tanya ku. Namun tak sampai terbaca pita suara. Hanya gerakan bibir saja.
"belum, udah masuk aja. Ga papa." jawab salah seorang teman ku dengan cara yg sama.
Ku branikan diri. Maklum aku tak pernah terlambat seperti ini. Biasanya aku selalu tepat waktu bahkan lebih awal. Ku beri isara tuk izin masuk.
Tok. .tok. .tok. .
Pak hadi menoleh
"permisi pak, mau masuk. .?"
pak hadi hanya menganggukkan kepala. beliaupun melanjutkan kuliah yg ia berikan. Yah hari ini kami kuliah teknologi pasca panen. Sebuah matakuliah yg beroperasi mengenai penanganan hasil pertanian setelah dipanen. Tujuaan utamanya agar produk pasca panen mempunyai daya simpan yg lama dan kandungan gizi yg sama dengan produk segarnya. Hmmmm, pokoknya bahan kuliahnya banyak deh.
"tumben terlambat ?" sapa satria begitu aku duduk tepet di sampingnya?
"telat bangun aku..! Eh dah lama masuknya?"
"masi baru, paling 5 menit lah. . ."
pak hadi terus menyampaikan kuliah. Sesekali ia memberi pertanyaan pada kami.
"pada proses pematangan akan terjadi perubahan perubahan warna. Perubahan itu dapat di sebabkan oleh sentesa pigmen, degradasi klorofil atau degradasi klorofil dan sintesa pigmen. misalnya pada pisang, perubahan warnanya diakibatkan oleh degradasi klorofil. Sehingga terlihat wana pigmen karatenoid (kuning). Sebenarnya pigmen karatenoid juga mengalami degradasiz, namun kecepatan degradasinya lambat sehingga yg terlihat tetap warna pigmen karatenoid (kuning). Nah kalau pada tomat, perubahan apa yg terjadi?" pak hadi menjelaskan dan memberikan sebuah pertanyaan pada kami. Keadaan ruangan seketika senyapa.
"pak. .! Sintesis pigmen" jawab salah seorang dari kami.
"yah, yang lain" lanjut pak hadi.
suasana kembali senyap.  "yah, kurang tepat yah jawabannya. Yg benar itu sentesis pigmen dan degradasi klorifil yah" lanjut pak hadi menjelaskan.

*****

Masih jam 10.30 tapi kadaan udara sudah sangat panas. Sepertinya sang surya telah mengeluarkan seluruh energi panasnya. Hari ini senggang jam kuliah pertama dan selanjutnya agak lama. Yah, sekitar 3 jam. Di sela waktu kosong itu ku sempatkan mengerjakan kegiatan ku yang lain. Kali ini aku dan satria mencari sumber bahan mading & buletin kampus. karena madin & buletin harus terbit tiap minggunya.Itu merupakan kerjaan rutin mingguan kami. sebeb aku dan satria sabagian dari pengurus harian ikatan mahasiswa jurusan, tepatnya divisi kreatifitas dan seni. Aku dan satria pun bergegas menuju perpustakaan besar, sebab wifi di sana lbh bagus signalnya daripada wifi di jurusan. Trus berjalan melewati bagian luar gedung kuliah. Panas mentari tengah hari pun terasa begitu menyengat di kulitku.

Hmmm. .mungkin kuman" yg melekat di tangan ku pun ikut mati. Hahaha..Aku dan Satria pun trus berjalan, terus lurus melwati rumah kaca yg blum lama siap di bangun. Dari kejauhan ku lihat sebuah mobil keluar dari balik gedung, bergerak berlawanan arah dengan kami dan tak lama berhenti tak jauh dari mushallah. Kami pun terus berjalan dan mulai berada di luar pagar mushalah kampus. Dari dalam mushalah kulihat seorang gadis muslim keluar dari gerbang pagar mushalah. Yah aku kenal gadis itu. Gadis yang mengenakan kerudung berwarna merah muda itu adalah Suci. Suci Aprilia Andini. Itulah nama lengkapnya. Gadis yang telah lama aku kagumi. Tidak tahu kenapa tiba-tiba jantungku berdegub lebih kencang dari normalnya. Itu dapat kurasakan ketika kedua mata aprilia mengarah pada ku. Ketika itu pula mata kami seakan berjumpa pada satu titik medan. Tak lama, hanya beberapa detik. Namun dapat kurasakan begitu hikmat.

Kami pun trus berjalan, begitu jg dengan aprilia yg berjalan menuju mobil itu. Tiba-tiba dari dalam mobil keluar seseorang. Aku kenal dia. Tapi kami tidak akrab. Hanya sebatas kenal karena sering bertemu di mushalah ketika shalat. Namanya Riki. Dan tiba-tiba aku terhenyap, seakan jantungku yg tadi berdegub kencang berhenti dengan tiba-tiba. Sepertinya semua organ tubuh ku tak ada yg bisa di gerakkan. Seperti tak ada lagi aktifitas yg kurasakan sat itu. Saat aku melihat Riki membukakan pintu mobil yg iya kendarain untuk Aprilia. Seperti mimpi buruk yg semua orang tak mau mengalaminya. Aprilia kembali melihat kearah ku sebelum ia masuk ke kedalam mobil. dan aku hanya bisa diam tanpa reaksi apapun. Tiba-tiba satria memukul pundak ku, aku melihat kearahmya. Hanya sebuah isarat mata yg satria berikan, tapi aku dapat mengetahui maksudnya.  Kami pun terus berjalan, dan akhirnya melewati mobil tersebut. Semuanya begitu cepat, semangatku pun hilang. Tak lagi bergairah untuk mencari bahan mading.
"kita ke kantin aja yah sat.. .!" seru ku tiba tiba.
"kenapa? Ga jadi cari bahan madingnya? Jangan gara-gara gitu aja jadi gak semangat lagi. Udah lah, gak ada waktu lagi kita. Kau juga nya yang salah. Dair dulu ku bilang suruh dekati dia kau ga mau. . ." jawab satria panjang
"bkn ga mau sat, tapi aku gak berani. kan kau kemaren itu tau sendiri si rika bilang apa."
"iyah, tapi kan ga ada salahnya kalau kemaren kau coba dulu. Dah kayak gini kau baru nyesel.
Udah lah, jangan di pikirin kali, kalau jodoh gak kemana nya."
Aku hanya diam, tak merespon apa yg satria katakan.

To be contineu....


4 komentar:

  1. udah bisa krim cerpen lu...semangat..nice post..jagan kau gabungin semua..

    BalasHapus
  2. hati tak lagi suci ketika suci ada di hati, jangan ada suci dihati agar hati tetap suci ....

    BalasHapus
  3. @cai: suci itu apa n siapa cai?? hihihihi

    @bun: ahahaha

    BalasHapus
  4. Appa??

    masih berlanjut?

    aah sudahi sajalah bg..:D

    BalasHapus